SELAMAT DATANG DI BLOG PRIBADI ARDIANSYAH FISIKA C 2010 MAKALAH E-LEARNING ~ Jendela ilmu Fisika

Selasa, 21 Januari 2014

BAB I
   PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Setiap siswa mempunyai motivasi dalam dirinya untuk belajar. Namun, sebagian dari mereka sering kali merasa takut untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran, seperti takut selalu tertinggal dalam mempelajari suatu topik atau tema pembelajaran. Agar siswa mempunyai motivasi dalam proses belajar, maka metode yang digunakan dalam proses belajar harus diperbaharui disesuaikan dengan minat, kecerdasan dan gaya belajar siswa. Salah satu cara dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat agar siswa lebih aktif atau banyak berperan dalam proses belajar, salah satu media pembelajaran yang merupakan alternatif atau solusi yang menjanjikan untuk menggantikan pola pengajaran konvensional di kelas dalam mempelajari mata pelajaran fisika bagi siswa yaitu E-learning. Secara garis besar, setiap disiplin ilmu dapat ditunjang dengan suatu pembelajaran yang berbasiskan e-learning. Namun demikian, persoalan bagaimana atau sejauh mana e-learning dapat menunjang pembelajaran suatu disiplin ilmu pada akhirnya akan kembali kepada kekhasan sifat yang dimiliki oleh masing-masing disiplin ilmu. Fisika adalah suatu disiplin ilmu eksakta yang yang mempelajari tentang pola fenomena fisik alam dalam bentuk peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan sifat dan gejala-gejala materi abiotik .Berdasarkan data-data hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ali hidayat(2012) menunjukkan adanya suatu opini publik bahwa mata pelajaran Fisika merupakan momok yang ditakuti oleh siswa SMA IPA sekaligus mata pelajaran yang kurang diminati. Akibatnya, motivasi dan efektivitas siswa SMA IPA dalam mempelajari fisika tidak dapat dibina secara optimal karena relatif rendahnya tingkat pemahaman dan ketertarikan siswa yang bersangkutan dalam mempelajari fisika.
Berangkat dari persoalan di atas, maka diperlukan suatu alternatif metode pembelajaran yang bersifat lebih menunjang aktivitas pembelajaran fisika di SMA sekaligus membangkitkan semangat dan motivasi siswa sebagai peserta didik. Elearning yang merupakan perangkat elektronik yang dinamis dan penuh kemudahan adalah solusi yang paling prospektif. E-learning dipercaya secara dapat mempengaruhi motivasi belajar peserta didik dengan tipe belajar yang berbeda-beda, baik audio, visual, terlebih lagi peserta didik dengan tipe pembelajaran audio-visual. Melirik berbagai pendapat tersebut di atas maka sistem pembelajaran yang berbasiskan e-learning dapat dipandang sebagai suatu alternatif solusi yang tepat dalam konteks pengoptimalan proses belajar. Dalam hal ini, pengoptimalan proses belajar diindikasikan dari adanya peningkatan motivasi dan efektivitas belajar dalam diri siswa atau peserta didik.
Selanjutnya, berangkat dari dari latar belakang masalah tersebut, maka penulisan makalah ini  diberi judul “pengaruh penggunaan E-learning terhadap motivasi belajar Fisika siswa pada materi hukum Newton tentang gerak”.

B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah “ apakah penerapan model pembelajaran E-learning dapat meningkatkan motivasi belajar Fisika siswa pada materi hukum  Newton tentang gerak “.

C.    Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini ialah untuk mendapatkan gambaran peningkatan motivasi belajar Fisika siswa pada materi hukum  Newton tentang gerak.

D.    Manfaat
1.    Hasil makalah ini dapat dijadikan referensi tentang potensi model pembelajaran Fisika berbasis e-learning dalam meningkatkan motivasi belajar fisika siswa pada materi hukum  Newton tentang gerak.
2.    Dapat di manfaatkan oleh guru-guru Fisika di sekolah sebagai model; pembelajaran alternatif dalam mengajarkan materi Fisika pada siswa.
BAB II
     PEMBAHASAN

A.    Hakekat Belajar dan Pembelajaran
Berbagai konsep dan defenisi  belajar dikemukakan para ahli dan masing-masing mempunyai konsep dan defenisi yang berbeda. Itu karena adanya pola pikir atau pola pandang dan penafsiran tentang kegiatan belajar itu sendiri, namun pada dasarnya arah prinsip dan tujuannya tak berbeda.
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah menghafalkanmateri pelajaran. Sebagian yang lain menganggap belajar sebagai latihan seperti latihan membaca dan menulis. Pada hakikatnya belajar merupakan sebuah pengalaman yang menyebabkan perubahan dalam tingkah laku menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun psikis dan bersifat menetap. Perubahan tersebut tampak dari keadaan mahasiswa sebelum dan sesudah belajar. Belum tahu menjadi mengerti dan belum bisa menjadi terampil. Definisi tersebut sesuai dengan pendapat Morgan dalam Purwanto (2007) bahwa belajar adalah setiap perubahan yang menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Selanjutnya Gagne  (2007) mengatakan belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi mahasiswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.
Pendapat yang lain dikemukakan Winkel dalam Uno (2007) yang menyebutkan belajar sebagai suatu aktivitas mental-psikis yang berinteraksi aktif dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap. Perubahan tersebut bersifat relatif konstan dan berbekas. Seseorang dikatakan belajar jika ia berinteraksi dengan lingkungannya. Hubungan tersebut menyebabkan perubahan dalam diri individu. Perubahan yang paling mendasar yakni bertambahnya pengetahuan. Dari belum tahu menjadi tahu. Selanjutnya pengetahuan atau bisa disebut pengalaman itu dapat merubah tingkah lakunya.
Dari defenisi tentang belajar diatas maka dapat dipahami bahwa belajar adalah aktivitas individu yang dilakukan  secara sadar yang melibatkan proses dan bentuk pemikiran untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku pada individu.
Pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Dengan demikian proses belajar dapat bersifat internal dan unik dalam diri individu siswa, sedang proses pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku. Peristiwa belajar yang disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik dari pada belajar yang hanya semata-mata dari pengalaman dalam kehidupan sosial masyarakat. Belajar dengan proses pembelajaran ada peran guru, bahan belajar dan lingkungan kondusif yang sengaja diciptakan.

B.    E-Learning
1.    pengertian e-learning
Beberapa pakar menguraikan definisi E-Learning, menurut (Hartley, 2001) E-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet atau media jaringan komputer lain, sedangkan menurut (Thomas, 2003) E-learning adalah semua yang mencakup pemanfaatan komputer dalam menunjang peningkatan kualitas pembelajaran, termasuk di dalamnya penggunaan mobile technologies seperti PDA dan MP3 players. Juga penggunaan teaching materials berbasis web dan hypermedia, multimedia CD-ROM atau web sites, forum diskusi, perangkat lunak kolaboratif, e-mail, blogs, wikis, computer aided assessment, animasi pendidikan, simulasi, permainan, perangkat lunak manajemen pembelajaran, electronic voting systems, dan lain-lain. Juga dapat berupa kombinasi dari penggunaan media yang berbeda,dan menurut  hidayat,(2012) E-learning adalah sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronik. Salah satu media yang digunakan adalah jaringan komputer. Dengan dikembangkannya di jaringan komputer memungkinkan untuk dikembangkan dalam bentuk berbasis web, sehingga kemudian dikembangkan ke jaringan komputer yang lebih luas yaitu internet, inilah makanya system e-learning dengan menggunakan internet disebut juga internet enabled learning. Penyajian e-learning berbasis web ini bisa menjadi lebih interaktif. Informasi-informasi perkuliahan juga bisa realtime. Begitu pula dengan komunikasinya, meskipun tidak secara langsung tatap muka, tapi forum diskusi perkuliahan bisa dilakukan secara online dan real time. System e-learning ini tidak memiliki batasan akses, inilah yang memungkinkan perkuliahan bisa dilakukan lebih banyak waktu.
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa E-Learning berasal dari perpaduan dua kata yakni ‘e’ dan ‘learning’. ‘e’ merupakan singkatan dari electronic dan learning adalah pembelajaran. Jadi E-Learning atau elektornik learning adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan memanfaatkan fungsi internet dalam kegiatan pembelajaran dengan menjadikan fasilitas elektronik sebagai media pembelajaran.

2.    Manfaat E-learning
 Ali hidayat (2012) memaparkan bahwa e-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan/materi, peserta didik dengan dosen/guru/instruktur maupun sesama peserta didik. Peserta didik dapat saling berbagi informasi dan dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang, dengan kondisi yang demikian itu peserta didik dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran.
Dengan adanya e-learning para guru/ dosen/ instruktur akan lebih mudah:
a.    melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang mutakhir
b.     mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna meningkatkan wawasannya
c.     mengontrol kegiatan belajar peserta didik.
    Menurut Hidayat (2012) ada beberapa manfaat pembelajaran elektronik atau e-learning yang lain, diantaranya adalah:
a.    Pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility).
b.    Bertambahnya Interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur.
c.    Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (global audience).
d.    Mempermudahpenyempurnaandanpenyimpananmateripembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities).
Selanjutnya Soekrtawi (2005) mengatakan bahwa manfaat e-learning juga dapat dilihat dari 2 sudut pandang:
a)    Manfaat bagi siswa
    Dengan kegiatan e-Learning dimungkinkan berkembangnya fleksibilitas belajar yang tinggi. Artinya, kita dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang. Selain itu kita juga dapat berkomunikasi dengan guru/dosen setiap saat, misalnya melalui chatting dan email. Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia untuk diakses melalui internet, maka kita dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja, juga tugas-tugas pekerjaan rumah dapat diserahkan kepada guru/dosen begitu selesai dikerjakan.
b)    Manfaat bagi pengajar
Dengan adanya kegiatan e-Learning manfaat yang diperoleh guru/dosen antara lain adalah bahwa guru/dosen/ instruktur akan lebih mudah melakukan pembaruan materi maupun model pengajaran sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi, juga dapat dengan efisien mengontrol kegiatan belajar siswanya. Pengalaman negara lain dan juga pengalaman distance learning di Indonesia ternyata menunjukkan sukses yang signifikan, antara lain:
1)    mampu meningkatkan pemerataan pendidikan
2)    mengurangi angka putus sekolah atau putus kuliah atau putus sekolah
3)    meningkatkan prestasi belajar
4)    meningkatkan kehadiran siswa di kelas
5)    meningkatkan rasa percaya diri
6)    meningkatkan wawasan (outward looking)
7)    mengatasi kekurangan tenaga pendidikan
8)    meningkatkan efisiensi.

E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan/materi pelajaran. Demikian juga interaksi antara peserta didik dengan dosen/guru/instruktur maupun antara sesama peserta didik. Peserta didik dapat saling berbagi informasi atau pendapat mengenai berbagai hal yang menyangkut pelajaran ataupun kebutuhan pengembangan diri peserta didik. Guru atau instruktur dapat menempatkan bahan-bahan belajar dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik di tempat tertentu di dalam web untuk diakses oleh para peserta didik. Sesuai dengan kebutuhan, guru/instruktur dapat pula memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengakses bahan belajar tertentu maupun soal-soal ujian yang hanya dapat diakses oleh peserta didik sekali saja dan dalam rentangan waktu tertentu pula.

3.    Kelebihan Menggunakan E-learning
Menurut Sutisna(2008) ada beberapa kelebihan menggunakan e-learning:
a.    Peserta didk dapat belajar kapan dan dimana saja mereka punya akses internet.
b.    Efisiensi waktu dan biaya perjalanan.
c.     Peserta didk dapat memilih materi pembelajaran sesuai dengan level pengetahuannya.
d.    Fleksibilitas untuk bergabung dalam forum diskusi setiap saat, atau menjumpai teman sekelas dan pengajar secara remote melalui ruang chatting.
e.     Mampu memfasilitasi dan menerapkan gaya belajar yang berbeda melalui beragam aktivitas.
f.     Keberhasilan menyelesaikan pembelajaran/perkuliahan online mampu membangun kemampuan belajar mandiri dan kepercayaan diri pembelajar serta mendorong pembelajar untuk lebih bertanggung jawab dalam studinya.
g.    Mempersingkat waktu pembelajaran dan membuat biaya studi lebih ekonomis.
h.     Mempermudah interaksi antara peserta didik dengan materi, peserta didik dengan guru maupun sesama peserta didik.
i.     Peserta didik dapat saling berbagi informasi dan dapat mengakses bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang.
j.    Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
k.    Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif.

4.    Kekurangan E-Learning
Sutisna (2008) mengemukakan beberapa kekurangan menggunakan e-learning yait:
a.    Peserta didik yang tidak termotivasi dan perilaku belajar yang buruk akan terbelakang/tertinggal dalam pembelajaran.
b.    Peserta didik dapat merasakan terisolasi dan bermasalah dalam interaksi sosial.
c.    Pengajar tidak mungkin selalu dapat menyediakan waktu pada saat dibutuhkan.
d.    Koneksi internet yang lambat dan tidak handal dapat menimbulkan rasa frustasi.
e.      Beberapa subjek/mata kuliah bisa saja sulit direalisasikan dalam bentuk e-learning.
f.     Peserta didik harus menyediakan waktu untuk mempelajari software/aplikasi e-learning sehingga dapat mengganggu beban belajarnya.
g.    Peserta didik yang tidak familiar dengan struktur dan rutin software akan tertinggal.
h.    Untuk sekolah tertentu terutama yang berada di daerah, akan memerlukan investasi yang mahal untuk membangun e-learning.
i.    Keterbatasan jumlah komputer yang dimiliki oleh sekolah akan menghambat pelaksanaan e-learning.
j.     Bagi siswa yang gagap teknologi, sistem ini sulit untuk diterapkan.
k.    Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT.
l.    Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri sehingga memperlambat terbentuknya nilai dalam proses belajar dan mengajar.
m.    Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan internet.
n.    Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet.
o.    Proses belajar mengajar cenderung kearah pelatihan daripada pendidikan.

5.    Sintaks E-learning
Adapun sintaks-sintaks e-learning menurut  wijaya,(2012):
1.    Guru menyiapkan materi pelajaran dalam bentuk fail.
2.    Guru mengupload fail materi ke situs e-learning
3.    Guru meminta siswa untuk mengakses situs yang telah disediakan oleh guru.
4.    Guru membimbing siswa dalam chat room untuk mengerjakan latihan pemecahan masalah yang terdapat dalam buku ajar
5.    Guru meminta siswa mengerjakan evaluasi
6.    Guru menilai hasil kerja siswa
    Sedangkan menujuk dari sebuah makalah yang saya kutip sintaks model pembelajaran e-learning yaitu:
1.    Mempelajari materi melalui file yang disediakan oleh pendidik
(file Pdf, doc, ppt, html, swf, flv, dll). Siswa juga dapat mencari materi yang masih berhubungan dengan materi yang diberikan oleh guru.
2.    Memperdalam materi melalui tutorial online (forum diskusi, chatting, konferensi)  dan tutorial tatap muka
3.    Mempraktekkan/Menerapkan melalui kegiatan praktek live (sinkronous live) dan mengerjakan tugas (assignment)
4.    Mengukur penguasaan melalui kuis dan test akhir

C.    Konsep E-Learning
Fakta dilapangan/sekolah bahwa  metode pengajaran konvensional dalam beberapa aspek dirasa kurang menunjang jika dibandingkan dengan metode pengajaran modern seperti e-learning. Namun demikian, dalam metode e-learning tidak serta merta dijadikan sebagai subtituen dari metode pengajaran konvensional, tetapi secara terintegrasi difungsikan sebagai suplemen materi pengajaran konvensional. Terkait dengan fungsinya sebagai suplemen penunjang metode pembelajaran konvensional, terdapat berbagai elemen yang terdapat dalam sistem e-learning,yang dikemukakan oleh Hidayat (2012) antara lain:
1)    Soal-soal
Materi dapat disediakan dalam bentuk modul, adanya soal-soal yang disediakan dan hasil pengerjaannya dapat ditampilkan.

2)    Komunitas
Para pelajar dapat mengembangkan komunitas online untuk memperoleh dukungan dan berbagai informasi yang salaing menguntuingkan.
3)    Pengajar online
Para pengajar selalu online untuk memberikan arahan kepada para pelajar,menjawab pertanyaan dan membantu dalam diskusi.
4)    Kesempatan bekerja sama
Adanya perangkat lunak yang dapat mengatur pertemuan online sehingga belajar dapat dilakukan secara bersamaan atau realtime tanpa kendala jarak.
5)    Multimedia
Penggunaan teknologi audio dan video, dalam penyampaian materi sehingga menarik minat dalam belajar seperti telepon, voice mail telephone, radio, audio, televisi, videotape, video text, video messaging.

D.    Penerapan Model Pembelajaran E-learning
Ketika memutuskan untuk menerapkan pembelajaran E-learning yang harus dilakukan pertama kali adalah memahami model CAL+CAT (computer assisted learning+computer assisted teaching) yang akan diterapkan. Model CAL+CAT diantaranya: Learning management system (LMS).
LMS merupakan kendaraan utama dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Karakter utama LMS adalah pengguna yang merupakan pengajar dan peserta didik dan keduanya harus terkoneksi dengan internet untuk menggunaka aplikasi ini.Dalam hal ini Hidayat (2012) mengemukakan ada empat langkah dalam manajemen pengelolaan program e-learning yakni(Ali hidayat,2012) :
1)    Menentukan strategi yang jelas tentang target audience, pembelajarannya, lokasi audience, ketersediannya infrastruktur, budget dan pengembalian investasi yang tidak hanya berupa uang tunai.
2)    Menentukan peralatan misalnya hoste vs installed LMS dan Commercial or OS-LMS,
3)    Adanya hubungan dengan perusahan yang mengembangkan penelitian berkaitan dengan program e-learning yang dikembangkan di sekolah.
4)    Menyiapkan bahan-bahan yang akan dibutuhkan bersifat spesifik, usulan yang dapat diimplementasikan serta menyiapkan short response time. Kesemuanya itu, hendaknya perlu dipikirkan masak-masak dalam konteks investasi jangka panjang.

Langkah-langkah kongkrit yang harus dilalui oleh guru dalam pengembangan bahan pembelajaran adalah mengidentifikasi bahan pelajaran yang akan disajikan setiap pertemuan, menyusun kerangka materi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan instruksional dan pencapainnya sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan. Bahan tersebut selanjutnya dibuat tampilan yang menarik mungkin dalam bentuk power point dengan didukung oleh gambar, video dan bahan animasi lainnya agar siswa lebih tertarik dengan materi yang akan dipelajari serta diberikan latihan-latihan sesuai dengan kaedah-kaedah evaluasi pembelajaran sekaligus sebagai bahan evaluasi kemajuan siswa. Bahan pengayaan (additional matter) hendaknya diberikan melalui link ke situs-situs sumber belajar yang ada di internet agar siswa mudah mendapatkannya. Setelah bahan tersebut selesai maka secara teknis guru tinggal meng-upload ke situs e-learning yang telah dibuat



E.    Motivasi Belajar
1.    Pengertian motivasi
Seseorang tidak akan melakukan suatu perbuatan tanpa ada kekuatan dalam dirinya yang mendorong untuk mencapai apa yang diinginkan. Dorongan tersebut dapat berasal dari dirinya sendiri ataupun diluar dirinya sendiri seperti melakukan sesuatu demi orang lain, ingin mendapat pujian, hadiah dan sebagainya. Demikian juga dengan mahasiswa. Kegiatan belajar didasari oleh keinginan meraih prestasi yang diimpikan atau bisa jadi hanya karena ingin mendapatkan hadiah yang dijanjikan orangtua. Dorongan tersebut bernama motivasi. Motivasi berasal dari kata motif yaitu daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Berawal dari kata motif tersebut motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak (Sardiman, 2001).
Efendi (2008) mendefinisikan motivasi sebagai kondisi internal yang membangkitkan seseorang untuk bertindak, mendorong seseorang mencapai tujuan tertentu dan membuatnya tetap tertarik dalam kegiatan tersebut.
Sedangkan Uno (2007) menjelaskan motivasi merupakan kekuatan dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
  Jadi dapat di simpulkan bahwa  motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada mahasiswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator tersebut yaitu adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan mahasiswa dapat belajar dengan baik.
2.    Fungsi Motivasi Belajar
Motivasi mendorong timbulnya kelakuan dalam hal ini adalah belajar. Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar akan berusaha dengan baik dan tekun dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Sebaliknya apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi belajar maka ia tidak tahan belajar. Dia mudah tergoda mengerjakan hal yang lain. Hal ini berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar.
Menurut Sardiman (2001) motivasi belajar mempunyai tiga fungsi utama yaitu:
a.    Motivasi berfungsi sebagai motor penggerak yang mendorong manusia untuk melakukan perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu kegiatan belajar.
b.    Motivasi mentukan arah perbuatan pada pencapaian tujuan yang diharapkan yaitu mencapai prestasi yang maksimal. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c.     Motivasi berfungsi untuk menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan dan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi pencapaian tujuan.

3.    Jenis-Jenis Motivasi Belajar
a.    Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah daya dorongan dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu demi mencapai tujuan yang diinginkan (Iskandar, 2009). Motivasi intrinsik hidup dalam diri mahasiswa yang dapat aktif sendiri tanpa perlu rangsangan dari luar karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (kegiatan belajar) guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan (prestasi yang maksimal). Dalam hal ini pujian atau hadiah tidak diperlukan oleh mahasiswa untuk belajar.
b.    Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah daya dorongan dari luar diri seorang mahasiswa yang berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri (Iskandar, 2009). Motivasi ekstrinsik akan aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan dari luar diri mahasiswa. Beberapa bentuk motivasi ekstrinsik dalam kegiatan pembelajaran menurut Winkel dalam Yamin (2007) dapat berupa belajar demi memenuhi kewajiban, belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan, belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan, belajar demi meningkatkan gengsi dan belajar demi memperoleh pujian dari orang tua atau dosen.
Motivasi ekstrinsik sangat diperlukan dalam kegiatan belajar sebab tidak semua materi belajar menarik minat mahasiswa atau sesuai dengan kebutuhannya. Motivasi ini dapat berasal dari dosen, teman, keluarga maupun lingkungan yang akan memicu keinginan mahasiswa untuk belajar.

4.    Ciri-Ciri Motivasi Belajar
Menurut Sardiman (2001) seorang yang termotivasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a.    Tekun menghadapi tugas. Maksudnya dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama dan tidak berhenti sebelum selesai.
b.     Ulet menghadapi kesulitan. Ulet dapat diartikan dengan tidak mudah putus asa.
c.     Ingin mendalami bahan atau bidang pengetahuan yang diberikan.
d.    Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin.
e.    Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah orang dewasa.
f.    Senang dan rajin, penuh semangat serta cepat bosan dengan tugastugas rutin. Hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang sehingga kurang kreatif.
g.    Dapat mempertahankan pendapatnya.
h.    Mengerjakan tugas-tugas jangka panjang.
i.    Senang mencari dan memecahkan soal-soal.
j.    Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi.
Mahasiswa yang termotivasi akan senang mencari dan memecahkan soal-soal (tugas-tugas). Sebuah tugas dianggap sebagai suatu alat untuk mendalami materi pelajaran. Tidak jarang membutuhkan waktu dan energi yang lebih untuk menyelesaikannya dengan baik. Seorang mahasiswa yang termotivasi dapat bekerja (mengerjakan tugas) dalam waktu yang lama dan tidak berhenti sampai tugas itu selesai. Selain itu juga dibutuhkan suatu ketekunan yang luar biasa. Dengan kata lain mahasiswa tidak mudah putus asa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.

5.    Indikator Motivasi Belajar
Uno(2007) mengemukakan indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut  :
a.    Adanya hasrat dan keinginan berhasil
b.     Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
c.    Adanya harapan dan cita-cita masa depan
d.    Adanya penghargaan dalam belajar
e.    Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
f.    Adanya lingkungan yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang peserta diklat dapat belajar dengan baik.

F.    Hubungan antara penggunaan metoda e-learning dengan motivasi belajar siswa
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hidayat (2012), ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan e-learning dalam proses pembelajaran dengan hasil belajar siswa yang menggunakan cara konvensional dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, peningkatan motivasi belajar secara signifikan ditemukan pada siswa yang menggunakan e-learning dalam proses pembelajaran. Dari hasil penelitian dapat dirumuskan bahwa ada korelasi yang signifikan antara motivasi dengan peningkatan hasil belajar pada siswa menggunakan elearning dalam proses pembelajaran. Selanjutnya, Berdasarkan pada hasil penelitian  yang dilakukan oleh Wijaya(2012) menyatakan bahwa dengan model pembelajaran e-learning minat siswa dalam belajar semakin meningkat, proses belajarpun dirasakan menarik dan tidak membosankan karena siswa secara aktif terlibat dalam pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan e-learning dalam proses pembelajaran dapat meningkatakan motivasi belajar siswa sehingga menumbuhkan semangat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dan mampu mendorong siswa untuk mencapai hasil belajar yang lebih tinggi.
Dalam penelitian yang di lakukan oleh Hidayat(2012) di SMAN 1 Depok yang merujuk kepada keterkaitan antara pengaruh penggunaan e-learning terhadap motivasi dan efektivitas pembelajaran fisika siswa, pada setiap tingkat kelas dikelompokkan ke dalam 2 katagori berdasarkan pola kelompok paralel yang ekuivalen, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok siswa yang dikenakan variabel eksperimen, yaitu menggunakan e-learning dalam proses pembelajaran. Sedangkan kelompok kontrol, adalah kelompok siswa yang dikenakan pembelajaran secara konvensional. Berdasarkan 50 item pertanyaan yang merujuk kepada keterkaitan antara pengaruh penggunaan e-learning terhadap motivasi dan efektivitas pembelajaran fisika bagi siswa didapatkan data-data kuantitatif yang dapat dianalisis secara interpretatif, adapun data-datanya sebagai berikut:
One-Sample T Test
Tabel 1.1 Total nilai rat-rata jawaban item pertanyaan
Berdasarkan rata-rata total bobot jawabanresponden yaitu 3,75>3, yang berarti H₀ di tolak H₁ diterimah.jadi berdasarkan data yang diperoleh dapat di simpulkan bahwa ada peningkatan motivasi belajar siswa yang  menggunakan e-learningdalaam pembelajaran.
Tabel 1.2 Uji one-sample t test untuk mengetahui thitung
Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima
Jika thitug > ttabel, maka Ho ditolak
Berdasarkan data diatas thitung 122,3 > ttabel 2,000, maka Ho ditolak. Jadi kesimpulannya ada peningkatan motivasi belajar siswa yang menggunakan pembelajaran elektronik (E-Learning).










G.    Hukum Newton Tentang Gerak
1)    Hukum I Newton
Berdasarkan penemuan ini, Isaac Newton (1642-1727), membangun teori geraknya yang terkenal. Analisis Newton tentang gerak dirangkum dalam “tiga hukum gerak”-nya yang terkenal.Pada kenyataannya, hukum pertama Newton tentang gerak sangat dekat dengan
kesimpulan Galileo. Hukum I Newton menyatakan bahwa: Setiap benda tetap berada dalam keadaan diam atau bergerak dengan laju tetap sepanjang garis lurus, kecuali jika diberi gaya total yang tidak nol.
Kecenderungan sebuah benda untuk mempertahankan keadaan diam atau gerak tetapnya pada garis lurus disebut nersia (kelembaman). Sehingga, Hukum I Newton sering disebut Hukum Inersia. Hukum I Newton tidak selalu berlaku pada setiap kerangka acuan. Sebagai contoh, jika kerangka acuan kalian tetap di dalam mobil yang dipercepat, sebuah benda seperti cangkir yang diletakkan di atas dashboard mungkin bergerak ke arah kalian (cangkir tersebut tetap diam selama kecepatan mobil konstan). Cangkir dipercepat ke arah kalian tetapi baik kalian maupun orang atau benda lain memberikan gaya kepada cangkir tersebut dengan arah berlawanan. Pada kerangka acuan yang dipercepat seperti ini, Hukum I Newton tidak berlaku. Kerangka acuan di mana Hukum I Newton berlaku disebut kerangka acuan inersia. Untuk sebagian besar masalah, kita biasanya dapat menganggap bahwa kerangka acuan yang terletak tetap di Bumi adalah kerangka inersia (walaupun hal ini tidak
tepat benar, karena disebabkan oleh rotasi Bumi, tetapi cukup mendekati). Kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan konstan (misalnya sebuah mobil) relatif terhadap kerangka inersia juga merupakan kerangka acuan inersia. Kerangka acuan di mana hukum inersia tidak berlaku, seperti kerangka acuan yang dipercepat di atas, disebut kerangka acuan noninersia. Bagaimana kita bisa yakin bahwa sebuah kerangka acuan adalah inersia atau tidak? Dengan memeriksa apakah Hukum I Newton
berlaku. Dengan demikian Hukum I Newton berperan sebagai definisi kerangka acuan inersia.

2)    Hukum II Newton
Hukum I Newton menyatakan bahwa jika tidak ada gaya total yang bekerja pada sebuah benda, maka bendatersebut akan tetap diam, atau jika sedang bergerak, akan
bergerak lurus beraturan (kecepatan konstan). Selanjutnya, apa yang terjadi jika sebuah gaya total diberikan pada benda tersebut?
Newton berpendapat bahwa kecepatan akan berubah. Suatu gaya total yang diberikan pada sebuah benda mungkin menyebabkan lajunya bertambah. Akan tetapi, jika gaya total itu mempunyai arah yang berlawanan dengan gerak benda, gaya tersebut akan memperkecil laju benda. Jika arah gaya total yang bekerja berbeda arah dengan arah gerak benda, maka arah kecepatannya akan berubah (dan mungkin besarnya juga). Karena perubahan laju atau kecepatan merupakan percepatan, berarti dapat dikatakan bahwa gaya total dapat menyebabkan percepatan. Bagaimana hubungan antara percepatan dan gaya?
Pengalaman sehari-hari dapat menjawab pertanyaan ini. Ketika kita mendorong kereta belanja, maka gaya total yang terjadi merupakan gaya yang kita berikan dikurangi gaya gesek antara kereta tersebut dengan lantai. Jika kita mendorong dengan gaya konstan selama selang waktu tertentu, kereta belanja mengalami percepatan dari keadaan diam sampai laju tertentu, misalnya 4 km/jam. Jika kita mendorong dengan gaya dua kali lipat semula, maka kereta belanja mencapai 4 km/jam dalam waktu setengah kali sebelumnya. Ini menunjukkan percepatan kereta belanja dua kali lebih besar. Jadi, percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang diberikan. Selain bergantung pada gaya, percepatan benda juga bergantung pada massa. Jika kita mendorong kereta belanja yang penuh dengan belanjaan,
kita akan menemukan bahwa kereta yang penuh memiliki percepatan yang lebih lambat. Dapat disimpulkan bahwa makin besar massa maka akan makin kecil percepatannya, meskipun gayanya sama. Jadi, percepatan sebuah benda berbanding terbalik dengan massanya. Hubungan ini selanjutnya dikenal sebagai Hukum II Newton, yang bunyinya sebagai berikut:
Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan massanya. Arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya.
Hukum II Newton tersebut dirumuskan secara matematis dalam persamaan:
a =m/ΣF  atau  ΣF = m.a
dengan:
a = percepatan (m/s2)
m = massa benda (kg)
ΣF = resultan gaya (N)
Satuan gaya menurut SI adalah newton (N). Dengan demikian, satu newton adalah gaya yang diperlukan untuk memberikan percepatan sebesar 1 m/s2 kepada massa 1 kg. Dari definisi tersebut, berarti 1 N = 1 kg.m/s2.

3)    Hukum III Newton
Hukum II Newton menjelaskan secara kuantitatif bagaimana gaya-gaya memengaruhi gerak. Tetapi kita mungkin bertanya, dari mana gaya-gaya itu datang? Berdasarkan pengamatan membuktikan bahwa gaya yang
diberikan pada sebuah benda selalu diberikan oleh benda lain. Sebagai contoh, seekor kuda yang menarik kereta, tangan seseorang mendorong meja, martil memukul/mendorong paku, atau magnet menarik paku. Contoh tersebut menunjukkan bahwa gaya diberikan pada sebuah benda, dan gaya tersebut diberikan oleh benda lain, misalnya gaya yang diberikan pada meja diberikan oleh tangan.
Newton menyadari bahwa hal ini tidak sepenuhnya seperti itu. Memang benar tangan memberikan gaya pada meja. Tetapi meja tersebut
jelas memberikan gaya kembali kepada tangan. Dengan demikian, Newton berpendapat bahwa kedua benda tersebut harus dipandang sama. Tangan memberikan gaya pada meja, dan meja memberikan gaya balik kepada tangan. Hal ini merupakan inti dari Hukum III Newton, yaitu: Ketika suatu benda memberikan gaya pada benda kedua, benda kedua tersebut memberikan gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah terhadap benda pertama.
Hukum III Newton ini kadang dinyatakan sebagai hukum aksi-reaksi, “untuk setiap aksi ada reaksi yang sama dan berlawanan arah”. Untuk menghindari kesalahpahaman, sangat penting untuk mengingat bahwa gaya “aksi” dan gaya “reaksi” bekerja pada benda yang berbeda.
Kebenaran Hukum III Newton dapat ditunjukkan dengan contoh berikut ini. Perhatikan tangan kalian ketika mendorong ujung meja. Bentuk tangan kalian menjadi berubah, bukti nyata bahwa sebuah gaya bekerja padanya.
Kalian bisa melihat sisi meja menekan tangan kalian. Mungkin kalian bahkan bisa merasakan bahwa meja tersebut memberikan gaya pada tangan kalian; rasanya sakit! Makin kuat kalian mendorong meja itu, makin kuat pula meja tersebut mendorong balik. Perhatikan bahwa kalian hanya merasakan gaya yang diberikan pada kalian, bukan gaya yang kalian berikan pada benda-benda lain.









BAB III
          PENUTUP
A.    K esimpulan
Berdasarkan pembahasan  yang telah dibahas sebelumnya, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran E-learning dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa.
B.    Saran
Berdasarkan  pada kesimpulan, adapun saran yang dapat di sampaikan ialah Komponen pendidik hendaknya memanfaatkan fungsi-fungsi pembelajaran e-learning secara optimal ke dalam proses belajar mengajar demi membangun motivasi siswa sehingga siswa dapat belajar dengan lebih giat. Lebih lanjut diharapkan agar nantinya motivasi siswa dapat berdampak pada meningkatnya efektivitas belajar siswa yang diukur dari peningkatan hasil belajar siswa.


















DAFTAR PUSTAKA
Darin E. Hartley, Selling e-Learning, American Society for Training and
Development, 2001.
Gagne, R. M., Briggs, L. J. & Wagner, W. W. (1992). Principles of instructional design (4thed.).New York: Holt, Reihhart and Winston
Hajar, nur.2010. Hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar . www. google.com. diakses pada tanggal 13 januari 2014.
Hamruni. 2009. Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif Menyenangkan,
Yogyakarta : UIN Sunan Kali Jaga.
Hermawan,eric.2009.Hubungan sikap terhadap metode e-learning dengan
Prestasi belajar pada mahasiswa angkatan 2006 dan 2007 Universitas indonusa esa unggul. www.google.com diakses pada tanggal 13 januari 2014.
Hidayat,ali.2012.pengaruh penggunaan e-learning terhadap motivasi dan efektivitas pembelajaran fisika bagi siswa sma .www.google.scholar. diakses pada tanggal 6 desember 2013
Hidayat,novi.2010.Sistem e-learning Untuk meningkatkan proses belajar mengajar. www.google.com diakses pada tanggal 13 januari 2014.
Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru. Jakarta : Gaung
Persada Perss.
Purwo O.W.dkk.2001.Teknologi e-Learning. www.google.com diakses pada tanggal 2 januari 2014.
Rahman,haerul.2008. Peningkatan motivasi belajar   peserta. www.google.com diakses pada tanggal 13 januari 2014.
Safruddin.2003. Peningkatan motivasi belajar peserta.www.google.com.diakses pada tanggal 13 januari 2014.

Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Sutisna,nia.2008.makalah elearning(elektronik learning).www.google.scholar.
diakses pada tanggal 19 desember 2013.
Soekartawi (2002). Prospek pembelajaran melalui internet. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional ‘Teknologi Kependidikan’ yang diselenggarakan oleh UT-Pustekkom dan IPTPI, Jakarta, 18-19 Juli 2002
Tafiardi.2002.Meningkatkan mutu pendidikan melalui e-learning.   www.google.scholar.diakses pada tanggal 19 desember 2013
Thomas L. Saaty, “The Essentials of the Analytic Network Process with Seven Examples”, Decision Making with Dependence and Feedback: The Super Decisions Software, 2003

Uno, Hamzah. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta : Bumi Aksara.

Wahyu,tri.2007.Studi perbandingan antara teori kontruktivisme dan konsep e-learning dalam pembelajaran.www.google.com di akses pada tanggal 16 januari 2014.
Wijaya,muksin.2012. Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning Berbasis
Web dengan Prinsip e-Pedagogy dalam Meningkatkan Hasil Belajar. www.google.scholar.diakses pada tanggal 19 desember 2013
Winkel, W. S. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grasindo.

0 komentar:

Posting Komentar